Selasa, 30 Juli 2019

BAB. 1 PEMBENTUKAN KELOMPOK SOSIAL DI DALAM MASYARAKAT

A. HAKEKAT KELOMPOK SOSIAL

1)   Pengertian Kelompok Sosial

Individu – individu yang berkelompok dalam suatu keadaan tertentu di suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan tidak bisa disebut sebagai suatu kelompok sosial.
Contohnya, orang – orang ya ng membeli karcis, memesan makanan di kafetaria, dan berhenti di lampu merah.

Pengertian kelompok sosial secara sosiologis yaitu, suatu kumpulan dari individu-individu yang saling berinteraksi sehingga menumbuhkan perasaan bersama.


Berikut ini pengertian kelompok social dari beberapa ahli :




 

a.   Menurut  Paul  B.  Horton  dan  Chester  L . Hunt  :  Kelompok sosial sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.

b.      Menurut  Soerjono Soekanto 
Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan diantara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi.

c.       Menurut  Hendro Puspito  : 
Kelompok sosial sebagai suatu kumpulan nyata, teratur, dan tetap dari individu-individu yang melaksanakan peran-perannya secara berkaitan guna mencapai tujuan bersama.

Menurut Soerjono Soekanto, suatu himpunan manusia disebut kelompok sosial apabila :
  1.  Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa ia bagian dari kelompok tersebut.
  2. Adanya hubungan timbal-balik antar anggota.
  3. Adanya factor pengikat, seperti kesamaan ideology, kesamaan kepentingan, ataupun kesamaan nasib.
  4. Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku.
  5. Bersistem dan berproses.

  
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu kelompok sosial selalu terdapat interaksi sosial dan memiliki kesadaran akan keanggotaan, serta adanya tujuan bersama yang hendak dicapai. Dengan kata lain, kelompok sosial adalah sekumpulan manusia yang memiliki persamaan ciri dan memiliki pola interaksi sosial yang terorganisir secara berulang-ulang, serta  memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya.

2)   Ciri – ciri Kelompok sosial

Ciri – ciri suatu kelompok sosial seperti berikut :
a.       Merupakan kesatuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kelompok atau kesatuan manusia yang lain.
b.      Memiliki struktur sosial yang setiap keanggotaannya memiliki status dan peran tertentu. Kelangsungan hidup kelompok tersebut tergantung pada kesungguhan para anggotanya dalam melaksanakan perannya.
c.       Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya.
d.      Memiliki kepentingan bersama.
e.       Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya.

3)    Syarat Kelompok Sosial

Suatu kelompok manusia akan disebut sebagai kelompok sosial jika memenuhi persyaratan tertentu. Menurut Soerjono Soekanto, suatu kelompok dikatakan sebagai kelompok sosial jika memiliki atau memenuhi persyaratan berikut:
  1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan
  2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya dalam kelompok tersebut
  3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok tersebut sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tersebut dapat berupa nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, dan ideologi politik yang sama. Faktor mempunyai musuh bersama dapat pula menjadi faktor pengikat atau pemersatu dalam kelompok social
  4.  Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.


4)   Dasar Pembentukan Kelompok Sosial

Beberapa dasar yang melandasi orang membentuk kelompok sosial :

1.      Faktor kepentingan yang sama ( common interest  )
Adanya kepentingan yang sama dapat mendorong sekelompok orang untuk membentuk sebuah kelompok sosial. Sejalan dengan   perkembangan masyarakat modern, kelompok-kelompok sosial berdasarkan kepentingan yang sama semakin berkembang, misalnya kelompok seniman, kelompok olahragawan, dll.


2.      Faktor darah dan keturunan yang sama    ( common ancestry )
Berdasarkan keturunan yang sama, individu-individu yang tinggal dalam suatu masyarakat yang merasa memiliki latar belakang suku bangsa atau nenek moyang yang sama kemudian membentuk sebuah kelompok sosial. Misalnya, kelompok keturunan Arab, kelompok keturunan Cina.




3.      Faktor geografis
Adanya jarak yang dekat menjadikan individu-individu dapat saling bertemu, melakukan kontak fisik, dan mengadakan interaksi sosial sehingga tercipta sebuah kelompok sosial. Misalnya, individu-individu yang tinggal di sekitar pantai, mereka bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga tercipta kelompok nelayan.

4.      Faktor daerah asal yang sama
Hal ini seringkali terjadi apabila individu-individu tersebut hidup di daerah perantauan. Merasa memiliki budaya yang sama, bahasa yang sama, cara berpikir serta memiliki pola kerja yang sama, akhirnya individu-individu tersebut membentuk sebuah kelompok sosial. Contohnya, KMJB ( Keluarga Mahasiswa Jawa Barat ), Keluarga Besar Minang, dll.


B. TIPE-TIPE / KLASIFIKASI KELOMPOK SOSIAL

Dalam sosiologi terdapat berbagai klasifikasi kelompok sosial ditinjau dari beberapa sudut.

a)    Menurut Emile Durkheim
Durkheim membagi kelompok sosial menjadi dua yaitu :
1)     Solidaritas mekanik
merupakan ciri masyarakat yang masih sederhana dan belum mengenal pembagian kerja. Yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Solidaritas mekanik merupakan ciri masyarakat yang masih sederhana. Seluruh masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif.
2)     Solidaritas Organik
merupakan bentuk solidaritas yang telah mengenal pembagian kerja. Bentuk solidaritas ini bersifat mengikat ,sehingga unsur-unsur dalam masyarakat tersebut saling bergantung.
b)   Menurut Ferdinand Toennies
Klasifikasi kelompok menurut erat longgarnya ikatan antaranggota dapat dibedakan menjadi gemeinchaft dan gesellscaft. Klasifikasi ini dikemukakan oleh tokoh sosiologi Jerman Ferdinand Tonneis. Di Indonesia Prof. Mr. M.M Djojodigoeno menerjemahkan gemeinschaft dan gesellscaft menjadi paguyuban dan patembayan.

1)        Gemeinschaft (Paguyuban)
Merupakan kelompok sosial yang anggota-angotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. 
Menurut Ferdinand Tonneis terdapat tiga bentuk gemeinschaft (paguyuban), yaitu sebagai berikut :
1)   Gemeinschaft by blood (paguyuban karena ikatan darah). Pada paguyuban ini ikatan di antara anggota-anggota kelompok didasarkan pada ikatan adarah atau keturunan. Contohnya, keluarga dan kelompok kekerabatan.
2)   Gemeinschaft of place (paguyuban karena tempat) yang terdiri dari orang-orang yang bertempat tinggal berdekatan sehingga dapat saling menolong. Contohnya, RT dan RW.
3)   Gemeinschaft of mind (paguyuban atas dasar ideologi), terdiri dari individu-individu yang memiliki jiwa dan pikiran yang sama karena idoelogi yang sama. Paguyuban ini ikatan antaranggotanya tidak sekuat paguyuban jenis lainnya.

2)        Gesellscaft (Patembayan)
Merupakan ikatan lahir batin yang bersifat pokok untuk waktu yang pendek, strukturnya bersifat mekanis dan bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Misalnya, ikatan antarpedagang dan organisasi dalam suatu pabrik.
Menurut Tonnies perbedaan antara gemeinschaft dan Gesellscaft dapat dilihat dalam tabel berikut.

No.
Gemeinschaft (Paguyuban)
Gesellscaft (Patembayan)
1.
Personal/pribadi
Impersonal
2.
Informal
Formal, kontraktual
3.
Tradisional
Nilai guna (utilitarian)
4.
Sentimental
Realitas
5.
Umum
Khusus
c)    Menurut Bierstedt

1)   Kelompok Statistik atau Statistical Group
Kelompok statistic merupakan kelompok yang tidak merupakan organisasi, tidak ada  hubungan sosial antaranggota, dan tidak ada kesadaran jenis. Kelompok ini hanya ada dalam arti analitis dan merupakan hasil ciptaan para ilmuwan sosial.

Ciri-cirinya sebagai berikut :
a)      Tidak direncanakan, tidak disengaja, tetapi tidak berarti sangat mendadak atau spontan, melainkan sudah terbentuknya dengan sendirinya.
b)      Tidak terhimpun dan tidak terorganisir dalam suatu wadah tertentu.
c)       Tidak ada interaksi, tidak ada interrelasi, dan tidak ada komunikasi secara terus menerus.
d)      Tidak ada kesadaran kelompok
e)      Kehadirannya konstan

2)   Kelompok Sosieta atau Societal Group (kelompok kemasyarakatan)
Kelompok sosieta adalah kelompok yang memiliki kesadaran persamaan diantara mereka tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.

Ciri-cirinya sebagai berikut :
a)      Tidak direncanakan, tidak disengaja, terbentuk dalam sendirinya.
b)      Kemungkinan terhimpun dalam suatu wadah tertentu.
c)       Kemungkinan terjadi interaksi, interrelasi, ataupun komunikasi.
d)      Kemungkinan terjadi kesadaran kelompok.
e)      Kehadirannya konstan.

Kelompok sosieta memiliki kesadaran akan adanya kesamaan jenis, seperti jenis kelamin, warna kulit, dan kesatuan tempat tinggal, tetapi belum ada kontak dan komunikasi di antara anggota dan tidak terlibat dalam organisasi.

3)   Kelompok Sosial atau Social Group
Kelompok sosial terbentuk karena adanya unsur-unsur yang sama, seperti tempat tinggal, pekerjaan yang sama, kedudukan yang sama, atau kegemaran yang sama. Kelompok sosial memiliki anggota-anggota yang berinteraksi dan melakukan komunikasi secara terus menerus. Contohnya, tetangga, kenalan, teman sepermainan, dan lain-lain

4)   Kelompok Asosiasi atau Associational Group
Kelompok asosiasi adalah kelompok yang terorganisir dan memiliki struktur formal atau kepengurusan, seperti ketua, para staf, dan para pembantunya. Didalamnya terdapat kesadaran dan kesamaan perhatian atau keinginan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu sehingga  tampak adanya persamaan jenis perhatian, interaksi sosial, dan struktur organisasi.

Ciri-cirinya sebagai berikut :
a)      Direncanakan atau sengaja dibentuk.
b)      Terorganisir secara nyata dalam suatu wadah.
c)       Ada interaksi dan interrelasi serta komunikasi secara terus menerus.
d)      Ada kesadaran kelompok yang kuat.
e)      Kehadirannya konstan.

d)   Menurut W.G. Sumner
Klasifikasi ini dapat dibedakan menjadi in group dan out group.
1)   In Group (kelompok sendiri)
Merupakan kelompok sosial tempat individu mengidentifikasikan dirinya. Misalnya, Ani adalah siswa SMUN 2, ia akan berkata pada teman-temannya yang bukan siswa SMUN 2 dengan sebutan sekolah kami. Dasar perbedaan kelompok sendiri dengan kelompok luar dibuat oleh anggota-anggotanya yang merasa bagian dari suatu kelompok atas daras perasaan simpati.

2)   Out Group (kelompok luar)
Merupakan kelompok yang menjadi lawan in group, terkadang ditandai dengan sikap antipasti sehigga dapat menjadi dasar munculnya sikap etnosentris. Misalnya, kami atau kita dilawankan dengan mereka.

e)    Menurut Robert K. Merton

Menurut Robert K. Merton, keanggotaan dalam suatu kelompok tidak berarti seseorang akan menjadiakan kelompoknya sebagai acuan bagi cara bersikap, cara menilai, atau cara bertindak. Terkadang seseorang tidak menjadikan kelompoknya sebagai bahan acuan bagi perilakunya. Berdasarkan pengamatannya, Merton membagi kelompok menjadi membership group dan reference group.

1)   Membership Group
Merupakan kelompok sosial yang setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Contohnya, seorang sisa dalam berperilaku dan bersikap sudah berorientasi pada aturan dan nilai yang berlaku di kalangan perguruan tinggi meskipun secara resmi ia belum berstatus mahasiswa.

2)   Reference Group
Merupakan kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang yang bukan anggota kelompok untuk membentuk pribadi dan perilakunya sesuai dengan kelompok acuan. Terkadang antara membership group dan reference group sulit untuk dipisahkan. Contohnya, seorang anggota suatu parpol kebetulan menjadi anggota DPR, maka DPR adalah membership group baginya, tetapi jiwa dan pikirannya tarikat pada partainya yang menjadi reference group baginya.

f)    Menurut Cooley
Description: peristiwa-tuntutan-pgri-18







Klasifikasi ini dapat dibedakan menjadi kelompok primer dan kelompok sekunder.
1)   Kelompok Primer
Kelompok primer merupakan suatu kelompok yang hubungan antaranggotanya saling mengenal dan bersifat informal. Contohnya, keluarga dan sahabat.

2)   Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder merupakan suatu kelompok yang hubungan antaraanggotanya bersifat formal, impersonal, dan didasarkan pada asas manfaat. Contohnya, Ikatan Sarjana Indonesia dan Persatuan Guru Republik Indonesia.

Berikut ini tabel perbedaan antara kelompok primer dan kelompok sekunder.

No.
Perbedaan
Bentuk Kelompok
Primer
Sekunder
1.
Jumlah anggota
Relatif kecil
Relatif besar
2.
Pola hubungan
Pribadi, akrab, informal
Impersonal, formal
3.
Komunikasi
Dilakukan langsung secara tatap muka
Sedikit sekali komunikasi dengan tatap muka
4.
Sifat hubungan
Permanen, para anggota berada bersama dalam waktu relatif lama
Bersifat temporer kebersamaan para anggota dalam waktu relative singkat
5.
Keputusan kelompok
Lebih bersifat tradisional
Lebih rasional dan menekankan pada efisiensi kerja

g)    Klasifikasi Menurut Pencapaian Tujuan dan hubungan sosial
Klasifikasi ini dapat dibedakan menjadi kelompok formal dan kelompok informal.
1)      Kelompok formal, kelompok yang memiliki peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja dibuat oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antaranggotanya. Contohnya, organisasi massa dan partai politik.
2)      Kelompok informal, kelompok sosial yang terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang dan merasa memiliki kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya, kelompok kecil (klik) dan kelompok pertemanan.

h)   Klasifikasi menurut Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto Klasifikasi kelompok sosial dibedakan :
1)        Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota, menurut Goerge Simmel, bentuk terkecil kelompok sosial terdiri dari satu orang sebagai fokus dari hubungan sosial yang dinamakan monad. Kemudian monad dikembangkan dengan meneliti kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang yang disebut dyad dan tryad.
2)        Berdasarkan derajat interaksi sosial, kelompok-kelompok yang anggotanya saling mengenal (face to face group), seperti keluarga, rukun tetangga.
3)        Berdasarkan kepentingan dan wilayah, misalnya komunitas
4)        Berdasarkan derajat organisasi, kelompok sosial dapat berupa kelompok yang terorganisir dengan baik sekali seperti negara, sampai dengan kelompok yang tidak terorganisir contohnya kerumunan.
5)        Berdasarkan kesadaran terhadap jenis yang sama, kelompok sosial dapat dibagi atas in-group dan out-group
6)        Berdasarkan hubungan sosial dan tujuan, dapat dibedakan kelompok primer dan kelompok sekunder.


5)    Kelompok Sosial yang tidak teratur

1)   Kerumunan (crowd)
Kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara, artinya kerumunan itu akan tetap ada selama orang-orang (secara fisik) hadir dalam suatu tempat yang sama. Apabila orang-orang tersebut bubar, secara otomatis, kerumunan itu tidak ada lagi.
        Kerumunan tarbagi menjadi beberapa bentuk, sbb :
a)        Formal audience atau khalayak penonton, bisa juga pendengar resmi merupakan kerumunan yang mempunyai suatu pusat perhatian dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya sangat pasif. Contohnya, penonton bioskop.
b)        Planned expressive group adalah kerumunan yang tidak begitu mementingkan pusat perhatian, tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tercermin dalam kegiatan kerumunan serta kepuasan yang dihasilkan. Fungsinya sebagai pelepas ketengangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaannya sehari-hari.
         Contohnya, orang-orang yang berdansa, berpesta, dan berekreasi.
c)         Inconvenient casual crowds, kerumunan yang bersifat terlalu sementara yang ingin mempergunakan fasilitas-fasilitas sama. Misalnya, orang-orang antri karcis.
d)        Panic casual crowds atau kerumunan panic, yaitu orang-orang dalam keadaan panic yang sedang berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
e)        Spectator casual crowds atau kerumunan penonton, terjadi karena orang-orang ingin melihat suatu peristiwa tertentu.
f)         Acting lawless crowds disebut juga acting mobs atau kerumunan emosional. Kerumunan ini mempunyai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma sosial.
g)        Immoral lawless crowds atau kerumunan tak bermoral, yaitu segala tindakannya berlawanan dengan norma-norma pergaulan hidup, tetapi tanpa tujuan tertentu. Contohnya, orang-orang mabuk.

2)   Massa (mass)
Massa merupakan kelompok semu yang memiliki ciri-ciri hampir sama dengan kerumunan. Kemungkinan terbentuknya disengaja dan direncanakan dengan persiapan sehingga tidak bersifat spontan. Misalnya, kelompok yang dikumpulkan untuk berdemonstrasi.

3)   Publik
Publik sebagai kelompok semu mempunyai ciri-ciri terbentuknya hampir sama dengan massa, perbedaannya publik kemungkinan terbentuknya tidak pada suatu tempat yang sama. Terbentuknya karena ada perhatian yang disatukan olah alat-alat komunikasi, seperti radio, televisi, dan pengeras suara.


PERBEDAAN KERUMUNAN, MASSA, PUBLIK

NO
KERUMUNAN
MASSA
PUBLIK

1




2





3





4






C.  DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL

Dinamika Kelompok sosial berarti interaksi yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.

Menurut Floyd D. dalam bukunya Psycology and life , dinamika kelompok (group dynamics) merupakan analisis hubungan kelompok-kelompok social di mana tingkah laku dalam kelompok adalah hasil interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial tertentu.
Sedangkan menurut Ruth Benedict, pokok persoalan (aspek) yang dikaji dalam dinamika kelompok sosial adalah sebagai berikut:
  1. Kohesi atau Persatuan
Dalam persoalan kohesi akan terlihat tingkah laku para anggota dalam suatu kelompok seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, dan nilai-nilai dalam Kelompok.
      2.     Motif atau Dorongan
                Persoalan motif berkisar pada perhatian anggota terhadap kehidupan kelompok,               seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama, dan orientasi diri terhadap kelompok.
      3.     Struktur
                Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan , perbedaan            kedudukan antar anggota, dan pembagian tugas.
      4.      Pimpinan
                Persoalan pimpinan sangat penting pada kehidupan kelompok sosial, hal ini terlihat pada bentuk-
                bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, dan sistem kepemimpinan.
      5.      Perkembangan kelompok
                Persoalan perkembangan kelompok dapat dilihat dari perubahan dalam kelompok,           perpecahan kelompok, keinginan anggota untuk tetap berada dalam kelompok, dan                 sebagainya.
   
      Secara umum pengertian dinamika kelompok sosial adalah proses perubahan dan perkembangan akibat adanya interaksi dan interdependensi, baik antaranggota kelompok maupun antara anggota suatu kelompok dengan kelompok lain.
  
Dewasa ini banyak pihak menyadari pentingnya mempelajari dinamika kelompok sosial karena beberapa alasan berikut.
  1. Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat.
  2. Individu tidak dapat pula bekerja sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
  3. Dalam masyarakat besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.
  4. Masyarakat yang demokratis dapat berjalan dengan baik, apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif.
  5. Semakin banyak diakui manfaat dari penyelidikan yang ditujukan kepada kelompok-kelompok.


D. HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK DALAM MASYARAKAT

Kehidupan masyarakat disekitar kita selalu dinamis, artinya selalu mengalami perubahan. Salah satu penyebabnya adalah bertambah besarnya jumlah penduduk di suatu wilayah. Hal ini akan menyebabkan suatu peristiwa yang disebut dengan perubahan kelompok sosial. Perubahan sosial ini disebabkan karena adanya interaksi dan pola hubungan dalam masyarakat. Sebagaimana individu berinteraksi dengan individu lain, suatu kelompok pun berinteraksi atau berhubungan dengan kelompok lain . Hubungan ini akan menghasilkan kerjasama, persaingan maupun konflik. Menurut

Kinlock hubungan antarkelompok memiliki beberapa kreteria :
  1. Fisiologis.
Atas dasar ini dijumpai pengelompokan yang didasarkan pada persamaan jenis kelamin, usia, dan ras. Misalnya, jika seseorang menaruh rasa semangat yang tinggi , ketika ia mengahadapi suatu masalah tertentu maka ia akan menaggapi masalah itu dengan semangat untuk menyelesaikannya.
  1. Kebudayaan.
Kriteria ini mencakup kelompok yang diikat oleh persamaan kebudayaan, seperti kelompok etnik (aceh, minangkabau, ambon, dll), dan agama.
  1. Ekonomi.
Atas dasar criteria ini kinloch membedakan antara mereka yang tidak mempunyai kekuasaan ekonomi dan mereka yang mempunyainya. Contohnya ikatan antar pedagang dan organisasi dalam suatu pabrik.
  1. Perilaku.
Atas dasar ini dijumpai pengelompokan berdasarkan cacat fisik, cacat mental, dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat.

Dalam hubungan antarkelompok sosial, terdapat berbagai macam dimensi, diantaranya dimensi demografi, sikap, institusi, gerakan sosial dan tipe utama hubungan antarkelompok. Namun kita akan membatasi pokok bahasan pada lima macam dimensi saja yaitu : dimensi sejarah, sikap, institusi, perilaku dan gerakan sosial.

a.         Dimensi Sejarah.
Kajian dari sudut dimensi sejarah diarahkan pada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antar kelompok. Misalnya kontak pertama antara kelompok ras kulit putih dan kulit hitam terjalin, lalu bagaimanakah kontak tersebut kemudian berkembang menjadi hubungan dominasi.

b.     Dimensi Sikap.
Melalui dimensi sikap, kita mengamati sikap anggota suatu kelompok terhadap anggota lain, dan sebaliknya. Misalnya sikap anggota kelompok etnik tionghoa terhadap kelompok pribumi Indonesia, dan sebaliknya.

c.      Dimensi Gerakan Sosial.
Dimensi gerakan sosial merupakan suatu dimensi lain dalam hubungan antar kelompok. Kajian dari sudut pandang ini memperhatikan berbagai gerakan sosial yang sering dilancarkan suatu kelompok untuk membebaskan diri dari dominasi kelompok lain. Misalnya gerakan pembebasan perempuan (women’s liberation movement).

d.     Dimensi Institusi.
Sikap yang dipunyai suatu kelompok terhadap kelompok lain seringkali ditunjang dan bahkan diperkuat oleh institusi dalam masyarakat, seperti institusi sosial, ekonomi dan politik.

e.     Dimensi Perilaku,
Salah satu bentuk perilaku yang sering ditampilkan dalam hubungan antar kelompok adalah diskriminasi. Contoh, dikalangan kaum laki-laki, misalnya, di kaum perempuan sering mengalami banyak kesukaran dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan, atau jabatan tertentu karena dinilai berfisik lemah atau berwatak emosional.

Menurut banton, diskriminasi mewujudkan  jarak sosial. Denga menggunakan skala sikap yang dinamakan skala jarak sosial para ilmuwan sosial dapat mengukur jarak sosial satu kelompok dengan kelompok lain. Skala tersebut memuat sejumlah pertanyaan mengenai kesediaan seseorang untuk menikah, berteman, bertetangga, tidak tinggal sekawasan dengan orang dari kelompok kebangsaan atau ras lain.

E. POLA HUBUNGAN ANTARKELOMPOK SOSIAL

Hubungan antarkelompok sosial juga diwarnai dengan pola-pola tertentu yang khas. Terhadap kelompok Ras, Michael Banton mengemukakan bahwa terdapat berbagai kemungkinan pola hubungan antarkelompok ras, dianataranya adalah akulturasi, dominasi, paternalisme, pluralisme dan integrasi.

  1. Akulturasi.
Pola akulturasi akan terjadi manakala kedua kelompok ras yang bertemu mulai berbaur dan berpadu. Misalnya kita melihat bahwa kebudayaan orang belanda di Indonesia menyerap berbagai unsur kebudayaan Indonesia, seperti cara berbusana, cara makan, dan gaya berbahasa.
  1. Dominasi.
Pola ini akan terjadi bila suatu kelompok ras menguasai kelompok lain. Contoh: kedatangan bangsa eropa ke benua asia untuk memperoleh SDA. Atau kita jumpai dalam pengelompokan, misalnya suatu kelompok etnik mendominasi kelompok etnik lain,laki-laki mendominasi perempuan, orang kaya mendominasi orang miskin, dan lain sebagainya.
Konblum menyatakan bahwa terdapat lima macam kemungkinan proses yang terjadi dalam suatu hubungan antar-kelompok, yaitu, genocide (pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota suatu kelompok tertentu), pengusiran, perbudakan, asimilasi.

1)      Genosida : adalah pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota kelompok tertentu. Contohnya: pembunuhan orang Yahudi oleh pemerintah Nazi Jarman
2)      Pengusiran . contohnya: pengusiran warga Palestina oleh pemerintah Israel dari tepi Barat Sungai Jordan.
3)      Perbudakan . contoh: system kerja rodi yang dilakukan pada penjajahan Jepang di Indonesia.
4)      Segregasi , yaitu suatu pemisahan antara kulit putih dan kulit hitam di Afrika Selatan pada masa politik apartheid.
5)      Aslimilasi , yaitu pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru

  1. Paternalisme.
Suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas kelompok ras pribumi. Banton mengemukakan bahwa pola ini muncul manakala kelompok pendatang yang secara politik lebih kuat mendirikan koloni di daerah jajahan.
Dalam pola hubungan ini Banton membedakan tiga macam masyarakat:
1.      masyrakat metropolitan (didaerah asal pendatang),
2.      masyarakat kolonial yang terdiri atas para pendatang serta sebagian dari masyarakat pribumi,
3.      masyarakat pribumi yang dijajah.

  1. Integrasi.
Suatu pola hubungan yg mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan perhatian khusus atau makna penting pada perbedaan ras tersebut.

  1. Pluralisme.
Suatu pola hubungan yang mengakui adanya persamaan hak politik dan hak perdata semua warga masyarakat. Akan tetapi pola hubungan itu lebih terfokus pada kemajemukan kelompok ras daripada pola integrasi. Dalam pola ini solidaritas dalam masing-masing kelompok ras lebih besar.

Banton berpendapat bahwa suatu pola mempunyai kecenderunagn untuk lebih berkembang kesuatu arah tertentu. Pola dominasi cenderung mengarah pada pluralisme, sedangkan pola akulturasi dan paternalisme cenderung mengarah pada pola integrasi.

baca selangkapnya.....
Template by : kendhin x-template.blogspot.com